Postingan

KAJIAN ILMIYAH Oleh Balayudha Islam Nusantara------------------------------------------------------DALIL AMALIYAH NAHDLIYAH- Edisi 082 ---------------------Hantu, Pocong dan DrakulaMasih banyak yang beranggapan bila orang matinya tidak wajar seperti karena gantung diri, dianiaya atau tabrakan maka arwahnya akan gentayangan selama 40 hari, bahkan ada yang meminta sesuatu agar arwahnya bisa tenang, kalau tidak dipenuhi ...dia mengancam akan muncul lagi dan mengganggu keluarganya.Benarkah anggapan yang demikian ini ? Dalam catatan ini kita akan mencoba menelusuri tentang kebenaran FAKTANYA..ARWAH orang yang telah meninggal dunia ketika keluar dari jasad akan berada pada suatu tempat sesuai dengan derajat dan amal orang tersebut :Arwah para Nabi bertempat di surga dengan menikmati segala kenikmatannyaArwah para Syuhadaa' berada pada perut burung hijau yang berlalu lalang disurga sembari menikamati makanan dan minuman surgaArwah orang Mukmin yang taat berada di taman surga namun belum bisa menikmati hidangan surga melainkan hanya bisa menikmati panoramanyaArwah orang Mukmin yang durhaka berada diruang angkasa antara bumi dan langitArwah orang kafir yang mengingkari Tuhannya berada pada perut burung berwarna hitam di tempat bernama Sijjin yang berada dilapisan bumi ketujuh dengan mengalami siksaan yang pedihDalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW bersabda :لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر"Tidak ada (penyakit) menular, ramalan buruk, arwah gentayangan dan cacing kudis (yang menular)" (HR Bukhari dan Muslim)Redaksional hadits tersebut dengan menggunanakan nafi pada lafadz (لا هامة) yang mengindikasikan bahwa fenomena arwah orang mati gentayangan TIDAK TERJADI. Hadits ini sesuai dengan sebuah ayat dalam AlQuran"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir" (QS. 39:42).Dalam menafsiri ayat ini Imam AlQurthuby dengan mengutip beberapa pendapat Ulama' Ahli Tafsir mengatakan bahwa ketika seseorang tidur akan bisa terjadi perjumpaan antara ruhnya dengan ruh-ruh orang yang telah mati,keduanya saling mengutarakan keadaan masing-masing, dan ketika keduanya hendak kembali ke jasad mereka masing-masing, Allah SWT menahan ruh orang yang telah mati dan melepas ruh orang yang masih hidup. Sehingga sangat mustahil arwah ORANG MATI yang berada dalam genggaman Allah dan menjalani ketentuannya masing-masing akan gentayangan dalam wujud hantu.Dari keterangan tempat arwah setelah berpisah dari jasad dan dalil nash yang berkaitan dengannya, klaim yang paling logis perihal fenomena diatas adalah bahwa hantu atau arwah gentayangan ini merupakan penjelmaan jin (khususnya Jin Qorin).Jin Qorin adalah jin yang selalu dekat menyertai orang sejak lahir hingga kematian. Qorin inilah yang paham betul dengan tipikal, kebiasaan dan kepribadian orang yang disertainya sehingga tidak aneh jika Qorin sanggup menjawab hal-hal yang bersifat intim dan privasi serta bisa meniru gaya, perilaku bahkan menyamar menjadi orang yang disertainya ketika hidup. Dalam sabdanya Rasulullah SAW telah menegaskan mengenai eksistensi Qorin ini"Tidaklah seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan JIN yang menyertainya" (HR. Muslim dan Ahmad)Dan bukti bahwa hantu atau arwah gentayangan tersebut adalah jelmaan Jin berdasarkan apa yang tersirat dalam Hadits Nabi :"Jin ada tiga kelompok, ada yang mempunyai sayap dan bisa terbang, ada yang menyerupai ular, dan ada yang bisa berjalan dan bergerak (seperti manusia).(H.R. Tabrani).Berdasarkan keterangan dari Imam Az-Zuhaily golongan jin yang ketiga inilah yang biasanya menjelma dan menampakkan diri dalam wujud hantu apalagi jin memang diberi kemampuan untuk menjelma dalam bentuk yang beraneka ragam.Adapun perihal arwah orang yang mati tidak wajar gentayangan selama 40 hari memang memiliki relevansi kebenaran jika yang dimaksud adalah arwah orang-orang ahli maksiat, namun kendati demikian arwah tersebut tidak menjelma dalam bentuk hantu dan juga tidak terbatas dalam masa 40 hari saja tetapi mereka menempati dalam ruang antara bumi dan langit dan dalam masa yang dikehendaki oleh Allah SWT.Wa Allaahu A'lamu bi as-ShawaabiREFERENSI : Sab'ah Kutub al-Mufiidah 186, Anwaar al-Buruuq 2/227, Tafsiir Al-Qurthuuby 15/260, Faidh al-Qadiir 1/111-112, I'aanah at-Thaalibiin 2/107Copyright © www.piss-ktb.com________________________________________والله اعلم بالصوابسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ--------------------------------------------------------------------#Kajian_Ilmiyah_ala_BIN#Dewan_Komando_Nasional #Balayudha_Islam_Nusantara--------------------------------------------------------------------

🇮🇩KAJIAN ILMIYAH ALA BIN🇮🇩------------------------------------------------------------------Terjemah Kitab Risalah MuawanahKarya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad-------------------------------------------------------------------🇮🇩-Edisi 75-🇮🇩-------------------------------------------------------------------SHOLAT SUNNAH ROWATIB (وعليك) بالمحافظة على السنن الراتبة التي أرشدك الشرع إلى فعلها قبل المكتوبات وبعدها، واحذر أن تتساهل بترك شيء منها وما فاتك منها بعذر فبادر بقضائه.Hendaklah engkau selalu mengerjakan salat rawatib, salat sunnah yang dilakukan sebelum dan sesudah salat fardu sebagaimana yang telah dianjurkan Rasulullah Saw.Jangan kau lalaikan salat sunnah rawatib. Jika engkau berhalangan untuk mengerjakannya, bergegaslah untuk meng-qadha-nya.________________________________________Bersambung....والله اعلم بالصوابسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ--------------------------------------------------------------------#Kajian_Ilmiyah_ala_BIN#Dewan_Komando_Nasional #Balayudha_Islam_Nusantara--------------------------------------------------------------------

*Renungan pagi menjelang siang*‏لا تدخل حياة من لا يحتاجكولا تفرض نفسك على من يرفضكأن ترحل متألماً شامخاًخيراً من أن تبقى مستمتعاً ذليلاً.!- نجيب محفوظ Jangan anda masuk ke kehidupan orang yang tak butuh denganmu,dan jangan anda paksakan dirimu bersama orang-orang yang menolakmu.anda pergi dengan seribu rasa sakit itu lebih baik dari pada bersenang2 dalam kehinaan.Najib Mahfudh#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Quotes

Kalam Ulama يقول الإِمام الشافعي رضي الله عنه : أرفع الناس قدرا : من لا يرى قدره، وأكبرالناس فضلا : من لا يرى فضله."Orang yg paling tinggi kedudukannya adalah orang yg tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yg paling mulia adalah orang yg tidak pernah menampakkan kemuliaannya." ~ Imam Syafi'i RA ~#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Kisah Ulama Mbah Jatmiko, Pemberi Keris Gus DurSuatu saat saya berjumpa dengan kawanku, seorang pegawai kemenag. Saya bercerita tentang proyek penulisanku yang bertemakan wali di Bumi Majapahit. Saya terangkan kepadanya, sudah beberap tokoh yang saya tulis, dan butuh lagi beberapa ulama lainnya. Ia kemudian menawarkan ke seorang tokoh, namanya Mbah Jat. Ia sendiri pernah ngawulo selama dua belas tahun di ndalem Mbah Jat. Mendengar pengakuannya, saya merasa senang dan akan menindaklanjuti dengan berkunjung ke makam dan keluarga Mbah Jat. Karena saya juga menulis tokoh lainnya, sehingga baru sekian hari bisa memenuhi janji sowan ke putra mbah Jat. Itu pun bisa menyempatkan waktunya tengah malam. Usai mengikuti rutinan simtut dhuror di desa Ringinrejo, sepeda kami membelah malam. Aku mengikuti kawanku itu dari belakang. Saya tidak tahu daerahnya. Dari padang asri, sepeda belok ke kiri, sampai di pertigaan hendak ke pasar Gondang, sepeda kekanan sekitar 500 meter. Kemudian belok kiri, masuk ke dusun Bacem desa Bening Kecamatan Gondang Mojokerto. Sampai di sebuah rumah dengan lampu temaram kami berhenti. Disinilah rumah putra sulung Mbah Jat, Gus Wahid. Kami memasuki rumahnya yang dikanan kiri terpasang lampu ublik itu dengan pelan pelan. Sampai di dalam rumah, aku edarkan pandangan ke sekeliling. Terlihat rumahnya sangat eskotik. Seperti sebuah gua. Dengan ukiran ukiran indah. Diiringi pula gemericik air dari sebuah pancuran taman yang dikreasi indah.Gus Wahid telah menunggu bersama dengan santri santrinya di ruang tengah. Aku duduk dihadapan beliau. Seorang santri tergopoh gopoh membuatkan kopi. Aku pun menyeruputnya setelah dipersilahkan minum.Saya memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud tujuan datang ke Gus Wahid ini. Ia pun dengan ramah dengan gaya koboy yang akrab mempersilahkan saya bertanya sesuai dengan kebutuhan. Aku pun menanyakan sosok Mbah Jat itu seperti apa. Dan Gus Wahid pun bercerita.Muhammad Djatmiko atau masyhur dipanggil Mbah Jat lahir di Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada tanggal 10 Februari tahun 1930. Ayahnya bernama Niti, bila diurutkan ke atas, kata Gus Wahid, akan mengarah silsilahnya dengan Kepatihan Ki Ageng Tunggul Manik. Untuk diketahui, Ki Ageng Tunggul Manik itu adalah orang tua dari Damarwulan, seorang Ksatria Majapahit yang pernah menundukkan Prabu Menakjinggo Blambangan.Sedangkan ibunya bernama Kaminten. Yang punya jalur keturunan ke Mbah KH. Hasan Munadi Mbahngle, Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan. Mbah KH. Hasan Munadi sendiri adalah mursyid thoriqoh Naqsabandiyah yang dikemudian dilanjutkan kemursyidanya oleh putranya yakni KH. Muhammad Sholeh. KH. Mohmamad Sholeh sendiri dikemudian hari digantikan oleh putranya yakni KH. Abdul Chayyi yang kemudian menjadi guru dari Mbah Jat.Mbah Jat sebelum bertemu dengan KH. Abdul Chayyi berguru kepada Mbah Thoif di Desa Losari. Di Mbah Thoif ini, Mbah Jat diajarkan ilmu ilmu hikmah yang diperoleh dengan cara bertapa di Gua. Suatu kali, Mbah Jat bersama teman seperguruannya diajak ke Gua Gembyang oleh Mbah Thoif. Di Gua ini, Mbah Jat ditugaskan untuk bertapa dalam beberapa minggu. Tetapi, kemungkinan Mbah Jat belum menemukan kesejatian ilmu, dari proses itu. Dan kemudian menuntut kepada Mbah Thoif untuk memperoleh ilmu yang lebih. Tetapi Mbah Thoif memberi nasehat agar Mbah Jat sabar, sebab sebentar lagi, mbah Jat akan bertemu seorang guru yang agung. Dan kata kata Mbah Thoif itu ternyata benar. Mbah Jat tiba tiba didatangi oleh Syeikh Abdul Chayyi Muhyiddin Al Amin suatu hari. Dan kemudian menjadikan Mbah Jat sebagai murid dan berbaiat kepada Syekh Abdul Chayyi. Tentang Mbah Jat yang didatangi oleh Syekh Abdul Chayyi ini, Gus Wahid menafsirkan, bahwa itu dikarenakan kemulyaan Mbah Jat. Sebab hanya Mbah Jat, seorang murid yang didatangi guru. Tetapi apabila melihat hubungan antara Syekh Abdul Chayyi dan Mbah Jat yang masih memiliki hubungan kekerabatan, tentu kedatangan Syekh Chayyi bisa saja ditafsirkan untuk silaturahmi. Karena komunikasi intens itulah, sangat mungkin Mbah Jat kemudian tertarik untuk berbaiat dan menjadikan Syeikh Abdul Chayyi sebagai mursyidnya.Mbah Jat berguru agak lama di Syekh Abdul Chayyi. Waktu itu, murid thoriqohnya tidak banyak. Hanya beberapa saja. Sehingga perhatian seorang mursyid kepada muridnya benar benar total.Syekh Chayyi adalah mursyid thoriqoh Naqsabandiyah Uluwiyah. Beliau memperoleh baiat dari Ayahnya KH. Moh. Soleh. KH. Moh Soleh dibaiat oleh KH. Hasan Munadi. Dan KH. Hasan Munadi dibaiat oleh Syekh Murtadlo dari Pati Jawa Tengah seterusnya hingga Rasulullah.Syekh Chayyi membuka baiat pada tahun 1944. Dan pada tahun 1952, beliau membuka pondok pesantren untuk murid muridnya yang melakukan khalwat di daerah Malang. Dan pada tahun 1956, Pondok Pesantren itu secara resmi diberi nama PP. Baitur Rohmah.Di Ponpes Baiturohman, seseorang murid dididik untuk senantiasa taqarub kepada Allah melalui ritual seperti khalwat, menjaga wudhu, puasa, membaca wirid wirid thoriqoh, memperbanyak sholat sunnah, membaca al Quran, tafakur dan lain lain.Setelah dalam waktu lama berkhalwat, Mbah Jat kemudian pulang. Ia menikah dan dikaruniai empat anak diantaranya Gus Nur Wahid, Auliya, Abdur rosul, dan Umi Umayah. Mbah Jat, menurut Gus Wahid, menjalani masa masa awal dengan kesederhanaan. Mbah Jat juga bertani dan ikut pula kerja mengambil batu sebagaimana dikerjakan warga di desa bening waktu dulu. Selain bertani, Mbah Jat juga ditugasi oleh Syeikh Abdul Chayyi untuk merawat murid thoriqoh Naqsabandiyah Uluwiyah yang menyebar diberbagai daerah. Mbah Jat bersama Gus Wahid dulu, berkeliling ke berbagai daerah dengan jalan kaki. Mereka menyapa jamaah dan memberikan tausiyah seputar thoriqoh. Kata Gus Wahid, ia pernah diajak berjalan hingga ke Banyuwangi.Seringnya interaksi dengan jamaah, menyebabkan Mbah Jat dikenal banyak kalangan. Bahkan Mbah Jat dijadikan tempat bertanya sebelum berbaiat atau setelah baiat kepada Syekh Abdul Chayyi. Hingga kemudian menghantarkan pula Mbah Jat ke maqam dibutuhkan masyarakat. Setiap hari beliau melayani masyarakat dari pagi hingga pagi lagi. Kata Mahfudz, santri yang pernah mengabdi selama 12 tahun di Ndalem Mbah Jat, biasanya kalau siang, banyak masyarakat yang memintakan hajat hajatnya. Tetapi kalau sudah malam, banyak orang yang ngaji kepada Mbah Jat. Waktu Gus Dur menjadi Presiden, Gus Dur sempat mau menemui Mbah Jat ke kediamannya. Tetapi menurut protokoler kurang layak, maka Mbah Jat dipanggil menemui Gus Dur di area Troloyo. Di hadapan Gus Dur, Mbah Jat menyerahkan sebuah keris dan berpesan kepada Gus Dur untuk membawanya saat naik pesawat. Sebab kata Mbah Jat, pesawat yang ditumpangi Gus Dur, mesinnya akan mati. Dan ternyata benar, Gus Dur, waktu kunjungan ke Australia, pesawat TNI yang digunakan ternyata mesinnya mati saat mengudara. Tetapi beruntung rombongan Presiden selamat semuanya.Mbah Jat memperoleh maqom tinggi seperti itu, kata Gus Wahid, tidak lepas dari laku lampah yang tidak bisa diikuti oleh orang lain. Terutama dalam penghormatan kepada tamu, Mbah Jat orang yang sangat hormat kepada tamu. Tamu yang hadir akan disuguhi makanan, walaupun keluarganya belum makan. Tidak jarang pula, tamu justru diberi uang, sebab memang ia membutuhkan. Ada juga yang dikembalikan saat seseorang memberi uang kepada Mbah Jat. Sebab, dalam kewaskitaan Mbah Jat, orang yang memberi itu, untuk menberi harus dengan hutang tetangga.Dan soal kedermawanan, kata Gus Wahid, Mbah Jat tidak ada tandingnya. Waktu dulu, Mbah Jat rumahnya jelek. Saking jeleknya, membuat Gus Wahid protes. Gus Wahid ingin rumah yang bagus. Akhirnya ia membakar rumahnya saat Mbah Jat beserta warga sedang sholat.Mbah Jat tahu protes anaknya. Beliau pun membuat rumah yang bagus. Saat rumah sudah bagus. Ternyata rumah itu diberikan saudaranya. Ceritanya, saudaranya Mbah Jat itu tidak menikah menikah. Mbah Jat menawari kalau mau menikah akan diberi rumahnya. Dan akhirnya saudaranya itu menikah dan diberi rumah Mbah Jat yang baru dibangun.Saat Gus Dur memberi mobil kijang kapsul kepada Mbah Jat. Sesampai mobil itu dirumah, mobil itu justru diberikan kepada seorang anak yang lumpuh yang menyaksikan mobil baru yang datang bersama warga lainnya. Mbah Jat meninggal pada tanggal 4 Mei 2009. Jenazahnya di makamkan di pemakaman umum dusun Bacem desa Bening Kecamatan Gondang. Karena banyak peziarah, keluarga memutuskan untuk membangun makam, dan mushola serta fasilitas umum di pemakaman Mbah Jat. Tentu setelah proses kesepakatan dengan perangkat dan warga.Bahkan tiap tahun pula, santri dan warga sekitar memperingati haulnya Mbah Jat. Dan yang tidak dinyana, kata Gus Wahid, haul begitu ramai dengan banyaknya jamaah yang tumpah ruah. Mereka hadir dari berbagai daerah. Anehnya, panitia hanya mengundang via whatsapp group.Pukul 01.30, aku memutuskan untuk ziarah ke makam Mbah Jat. Di Makam ini terlihat bersih dan rapi. Ada mushola dan juga kamar mandinya disamping makam untuk para peziarah. Sepertinya ini mengejawantahkan ajaran Mbah Jat, untuk hormat kepada tamu yang berziarah.Penulis :Isnoe Woeng SayunKetua LTN NU Kab. MojokertoRepost by :#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Kisah Ulama •Δ• Biografi Gus Baha' •Δ•Gus Baha atau KH. Ahmad Bahauddin Nursalim adalah putra Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Alquran di Kragan, Narukan, Rembang. Kiai Nur Salim adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nur Salim inilah, Gus Miek (KH Hamim Jazuli) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan semaan Al-Qur’an secara keliling.Jantiko kemudian berganti Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.Kiai kelahiran 1970 ini memilih Yogyakarta sebagai tempatnya memulai pengembaraan ilmiahnya. Pada tahun 2003 ia menyewa rumah di Yogya. Kepindahan ini diikuti oleh sejumlah santri yang ingin terus mengaji bersamanya.PENDIDIKANGus Baha' kecil memulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Qur'an di bawah asuhan ayahnya sendiri.Hingga pada usia yang masih sangat belia, beliau telah mengkhatamkan Al-Qur'an beserta Qiro'ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayah beliau. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makhorijul huruf.Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha' untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan.Di Al Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan ilmu Syari'at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir.Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh beliau selama mondok di Al Anwar, seperti Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan Pesantren Al Anwar.Saat mondok di Al Anwar ini pula beliau mengkhatamkan hafalan Shohih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Shohih Muslim beliau juga mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Mu'in dan kitab-kitab gramatika arab seperti 'Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.Menurut sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan beliau tersebut menjadikan beliau sebagai santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di era beliau.Bahkan tiap-tiap musyawarah yang akan beliau ikuti akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan beliau.Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama'-ulama' besar yang berkunjung ke Al Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.Pernah pada suatu ketika beliau dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan ngendikan "Iyo ha'... Koe pancen cerdas tenan" (Iya ha'... Kamu memang benar-benar cerdas).Selain itu Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "Santri tenan iku yo koyo baha' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina.Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, beliau hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu, Rembang.Pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada beliau untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun beliau lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah PP. Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.PernikahanSetelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang,beliau menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau. Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berfikir ulang atas rencana pernikahan tersebut.Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo.Kesederhanaan beliau ini dibuktikan saat beliau berangkat keSidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular alias bus biasa kelas ekonomi. Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. KeakhlakannyaBeliau hidup sederhana bukan karena keluarga beliau miskin. Dari silslah keluarga beliau dari pihak ibu, atau lebih tepatnya lingkungan keluarga di mana beliau diasuh semenjak kecil, tiada satu keluargapun yang miskin.Bahkan kakek beliau dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat sejak zaman leluhurnya.Bahkan salah satu wasiat dari ayahnya adalah agar beliau menghindari keinginan untuk menjadi 'manusia mulia' dari pandangan keumuman makhluk atau lingkungannya. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.Setelah menikah beliau mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya. Beliau menetap di Yogyakarta sejak 2003. Selama di Yogya, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecil beliau, berpindah dari satu lokasi kelokasi lain. Semenjak beliau hijrah ke Yogyakarta, banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan induknya.Hingga pada akhirnya mereka menyusul beliau ke Yogya dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada beliau.Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin Al Anwar maupun MGS yang ikut beliau ke Yogya saat itu. Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar beliau yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau.Pada tahun 2005 ayah beliau KH. Nursalim jatuh sakit. Beliau pulang sementara waktu untuk ikut merawat ayah beliau bersama keempat saudaranya.Namun siapa sangka, beberapa bulan kemudian Kiai Nursalim wafat. Gus Baha' tidak dapat lagi meneruskan perjuangannya di Yogya sebab beliau diamanahi oleh ayah beliau untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di LP3IA Narukan.Banyak yang merasa kehilangan atas kepulangan beliau ke Narukan. Akhirnya para santri beliaupun, sowan dan meminta beliau kerso kembali ke Yogya.Hingga pada gilirannya beliau bersedia namun hanya satu bulan sekali, dan itu berjalan hingga kini. Selain mengasuh pengajian, beliau juga mengabdikan dirinya di Lembaga Tafsir Al-Qur'an Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.KeilmuannyaSelain Yogyakarta beliau juga diminta untuk mengasuh PengajianTafsir Al-Qur'an di Bojonegoro, Jawa Timur. Di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya.Hal ini beliau jalani secara rutin sejak 2006 hingga kini. Di UII beliau adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII.Timnya terdiri dari para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seantero Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.Suatu kali beliau ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun beliau tidak berkenan. Dalam jagat Tafsir Al-Qur'an di Indonesia beliau termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan non formal dan non gelar.Meski demikian, kealiman dan penguasaan keilmuan beliau sangat diakui oleh para ahli tafsir nasional.Hingga pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan beliau di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai Mufassir, juga sebagai Mufassir Faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam Al-Qur'an. Setiap kali lajnah 'menggarap' tafsir dan Mushaf Al-Qur'an,Posisi beliau selalu di dua keahlian, yakni sebagai Mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fiqh dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an. #GusBahaLover#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

*HIDUP ITU JANGAN KEBANYAKAN "TAPI"*"Sebenar apapun tingkahmu, sebaik apapun perilaku hidupmu, kebencian dari manusia itu pasti ada. Jangan diambil pusing, terus saja Jalan!"Tapi Gus? ."Jangan kebanyakan tapi, nanti hidupmu Repot"#BIN_Quotes#DewanKomandoNasional#BalayudhaIslamNusantara

*“NU DAN KETERLAMBATAN-KETERLAMBATANNYA”*Oleh: Rijal Mumazziq Z*Secara organisatoris, NU berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926. Artinya, ormas ini berusia 97 tahun dalam hitungan hijriyah, dan 94 tahun dalam hitungan masehi. Secara matematis, NU sudah tua dengan berbagai dinamikanya. Di Indonesia sendiri ada beberapa ormas Islam yang sudah melampaui usia 1 abad. Mereka berkembang dan melewati berbagai konflik dan dinamika yang ada. Masing-masing juga menyumbangkan kader terbaiknya bagi Islam dan Indonesia. NU, misalnya, punya posisi yang kuat di zaman Orde Lama, namun “dihabisi” di zaman Orde Baru. Puluhan tahun orang-orang NU dihambat, namun ndilalah Allah mentakdirkan Gus Dur sebagai presiden, dan kini KH. Makruf Amin sebagai RI-2. Bisa dibilang, NU kadangkala keteteran, lalu solid. Kadang telat, namun bisa menyusul. Sering diremehkan, namun terbukti handal. Dan, seterusnya.Dalam sejarahnya, ada keterlambatan-keterlambatan yang sering dialami oleh NU. Namun, perlahan dan pasti, NU bisa mengejar ketertinggalan itu, melakukan modifikasi dan inovasi serta penguatan kembali beberapa hal yang dianggap “keteteran”. Di antaranya:Pertama, NU dianggap terlambat berdiri. Di saat kaum Hadrami Alawiyyin menghimpun diri dalam Jam’iyyatul Khair (1905), kaum saudagar muslim Jawa berkumpul dalam Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 1906, yang kemudian bermetamorfosis secara progresif dalam menjadi Sarekat Islam (SI) pada 1911, kaum muslim reformis mendirikan Muhammadiyah pada 1912, kaum Arab modernis mendirikan al-Irsyad pada 1914, dan sebagainya, kaum muslim tradisional masih belum bergerak menghimpun diri secara resmi. Hanya ada semacam madrasha kaderisasi seperti Nahdlatul Wathan dan wadah pengasahan intelektual seperti Taswirul Afkar yang diinisiasi ulama muda, KH. A. Wahab Chasbullah di Surabaya. Padahal secara amaliah, konteks ilmiah dan semangat berjamaah, kaum muslim tradisionalis ini sudah terbentuk lama. Hanya belum ada “merk”-nya. Ibarat makanan, sudah diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi, hanya belum mendapatkan istilah atau “merek dagang” saja. Sebab, sebagai bagian dari ajaran ahlussunnah wal jamaah, amaliah dan konteks ilmiah komunitas muslim tradisionalis ini berakar selama ratusan tahun: secara metodologi dakwah mereka ikut ajaran Walisongo, dalam fiqh mengikuti madzhab Syafi’i dan tiga madzhab lain, secara teologi berporos pada ajaran Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, serta dalam tasawuf berporos pada Imam al-Ghazali dan Abu Hasan As-Syadzili. Sudah ada, tapi belum terwujud!Bukan perkara administratif saja yang membuat organisasi ini “telat”, namun soal spiritual. KH. M. Hasyim Asy’ari tidak mau gegabah mendirikan sebuah wadah sebelum diberi izin oleh KH. Kholil Bangkalan. Setelah diberi isyarat khusus melalui KH. As’ad Syamsul Arifin, Kiai Hasyim setuju, dan KH. A. Wahab Chasbullah menjadi penggerak militan bersama KH. Bisri Syansuri. Petunjuk langit seperti inilah yang menjadi salah satu ciri khas NU dalam berorganisasi dalam kurun nyaris seratus tahun. Jika dicermati, trio pendiri NU ini memanfaatkan beberapa hal untuk menghimpun para ulama dalam organisasi baru ini: jaringan murid Syaikhona Kholil Bangkalan, jaringan ulama alumni Tebuireng, jaringan ulama alumni Haramain (Makkah-Madinah), mantan aktivis Sarekat Islam, dan jejaring anak cucu Laskar Diponegoro. Keterlambatan ini dibalas dengan militansi dan progresifitas aktivis NU. Pada saat mendirikan NU, Kiai Wahab juga membentuk sayap Lajnatun Nashihin, semacam divisi propaganda yang berisi para pemuda yang cakap dalam keilmuan dan keorganisasian. Dampaknya luar biasa dalam perkembangan NU di berbagai daerah. Dan, kini, menjelang satu abad, NU memiliki struktur yang kokoh, dan berkembang dari pusat ke daerah, bahkan jaringan PCI (Pengurus Cabang Istimewa) NU yang tersebar di berbagai negara. Selain PCI NU, ada juga NU Afganistan. Pendiri dan aktivisnya orang Afganistan asli yang terpikat dengan NU dan ingin menduplikasi ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di negara yang terlibat perang saudara hampir 30 tahun itu.Kedua, keterlambatan dalam penataan organisasi. James Peacock, dalam bukunya Purifying the Faith, menjelaskan kunjungannya ke kantor Muhammadiyah dan NU di berbagai daerah. Ketika di awal tahun 1970-an mengunjungi kantor Muhammadiyah di Makassar, dia mendapati kantor yang rapi, manajemen yang tertata disertai dengan pegawai administrasinya. Ketika kemudian mendatangi kantor NU, dia hanya menjumpai penjaga yang duduk santai, serta tidak menemukan data dan dokumen yang dibutuhkan orientalis itu. Uniknya, penjaga kantor itu justru mengajak bule AS itu cangkruk di warung kopi, dan berdiskusi panjang lebar tentang berbagai hal. Memang, tampaknya karakteristik tempat kelahiran dua organisasi juga turut andil dalam karakteristik keorganisasiannya. Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, dengan segala ewuh-pakewuh dan tradisi kepriayiannya, sedangkan NU lahir di Surabaya yang lebih multikultural, blokosutho, dan egaliter. Jangan heran jika dalam Muktamar 2015, Jawa Pos agak sinis dengan menurunkan headline, “Laporan dari Muktamar: Muhammadiyah Teduh, NU Gaduh”, pasalnya dalam pemilihan Ketua Umum, mekanisme di Muhammadiyah tampak lebih halus ala priyayi, mirip rapat keluarga. Sedangkan di NU cenderung egaliter, dan dalam tataran praktis lebih ramai ala bahstul masa-il, dan mirip musyawarah. Tak hanya itu, dalam realitas lain, Muktamar NU lebih merakyat dibanding dengan Muktamar Muhammadiyah. Iqbal Aji Daryono, esais berlatar belakang Muhammadiyah, menuturkan pengalamannya mencermati riuh muktamar 2 ormas ini. Di Muktamar Muhammadiyah, hanya sedikit penjual pernak pernik organisasi seperti kaos, gantungan kunci, maupun poster. Juga nyaris tidak dijumpai para romli alias rombongan liar. Di dalam Muktamar NU, sebaliknya. Romli julahnya lebih banyak dibandingkan dengan pengurus struktural yang datang. Kondisinya bukan hanya lebih merakyat, melainkan juga heboh. Jangankan jualan poster ulama dan cinderamata NU, tukang bekam, penjual obat kuat, sampai pengecer mainan anak pun ada. Benar-benar meriah. Bukankah ini yang kita jumpai di sekitar arena Muktamar NU?Meski sempat tertinggal dalam hal kerapian berorganisasi, NU bisa menata diri. Database NU dalam kurun 20 tahun terakhi ini lebih rapi, meskipun ada kekurangan di sana-sini. Manajemen juga bagus, penataan dan pendataan aset organisasi juga oke. Soal aset organisasi, Jawa Pos bulan Desember silam melaporkan apabila lahan senilai 40 miliar di Gresik sudah kembali menjadi asset PCNU Gresik setelah beberapa tahun dikuasai secara personal. Satu bulan sebelumnya, gedung bersejarah Markas Besar Olema Djawa Timoer (MBODT), di Waru Sidoarjo yang sebelumnya tidak terawat diserahkan ke PBNU oleh KH. Asep Saifuddin Chalim, Pengasuh PP. Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. Rumah sakit, klinik, panti asuhan, dan perguruan tinggi di bawah naungan NU juga bagus. Total, hingga tahun 2019, ada 262 kampus yang berada di bawah naungan NU maupun berafiliasi dengan NU. Dulu, NU diledek tidak bisa membuat kampus maju seperti Muhammadiyah, kini anggapan tersebut bisa dibantah. Ada beberapa kampus terbaik NU, antara lain Universitas Islam Malang dan Universitas NU Surabaya (UNUSA), juga UNUSIA Jakarta. Lembaga-lembaga ini menjadi contoh progresifitas di bidang manajemen pendidikan. Di berbagai daerah juga mulai berdiri kampus NU, yang meski perlahan-lahan, namun menunjukkan perkembangan yang bagus. Penulis yang menjadi salah satu pengurus Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) NU Jawa Timur, hampir setiap hari mendapatkan laporan perkembangan kampus NU di berbagai daerah melalui grup Whatsapp. Ketiga, mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan. Dulu, pada tahun 1950, KH. A. Wahid Hasyim menilai apabila mencari sarjana di tubuh NU sama sulitnya dengan mencari penjual es di tengah malam. Kini, setengah abad berlalu, pesimisme Kiai Wahid dibayar tuntas. Dalam kurun 30 tahun terakhir, dengan gerbong yang dimotori putranya sendiri, KH. Abdurrahman Wahid, NU melewati dinamika luar biasa. Anak-anak muda NU bukan hanya menjadi alumni universitas di Timur Tengah, melainkan juga Barat. Wawasan keagamaan mereka meningkat melalui persentuhan dengan peradaban lain, atau dalam istilah Gus Dur disebut dengan “Islam Kosmopolitan”. Adanya ISNU alias Ikatan Sarjana NU maupun Lakpesdam memang bagus dalam mewadahi para intelektual NU. Kini, amunisi NU di bidang pendidikan dan pemikiran komplit. Mencari magister, doctor, dan professor NU di bidang apapun ada. Kaderisasi ulama juga bagus. Kini, para ulama muda tampil, ada KH. Afifuddin Dimyathi (Jombang) melalui karya-karyanya, KH. Bahauddin Nursalim (Rembang) melalui kajian-kajian ilmiahnya, dan KH. Yahya Cholil Tsaquf melalui kiprah internasionalnya. Ini belum lagi menghitung kontribusi mubaligh seperti Gus Muftah dan Gus Muwafiq dengan gayanya masing-masing yang khas. Jika masih kurang, ada lagi intelektual yang mahir dalam kajian keilmuan Islam klasik dan modern maupun cantolan referensi Baratnya yang membludak. Siapa? Prof. Nadirsyah Hosen, Ph.D. Ada juga Gus Ulil Abshar Abdalla yang kini melakukan gebrakan dengan kajian online dua kitab babon di bidang tasawuf: Ihya Ulumiddin dan al-Hikam.Forum bahtsul masa-il di berbagai daerah, biasanya digerakkan oleh MWC maupun PC juga bagus. Apalagi? Cek keberadaan Aswaja Center di berbagai daerah yang menjadi kawah candradimuka para pejuang ideologis NU. PKPNU dan MKNU juga bagus dalam penguatan karakteristik para muharrik NU. Penerbit-penerbit buku ke-NU-an kini juga semakin percaya diri melakukan bantahan terhadap buku Wahabi maupun penguatan ke-aswaja-an.Keempat, di bidang ekonomi. Ini adalah tantangan paling serius dalam menyongsong satu abad NU. Potensi jumlah warga NU belum termanfaatkan secara baik. Kalaupun ada unit usaha milik NU, maupun dikelola Banom NU, biasanya masih membutuhkan manajerial yang bagus. Keberadan paguyuban Saudagar NU masih elitis, dan organisasi seperti Himpunan Pengusaha NU juga belum banyak berkontribusi dalam peningkatan gerakan santripreneurship di kalangan masyarakat NU.Kelima, penguasaan media. Sebelum tahun 2015, NU babak belur di media sosial. Di dunia maya, kalau kita ketik “Apa Hukum Tahlilan?” maka yang keluar adalah jawaban bid’ah dhlalalah, mengandung kesyirikan, dan sebagainya, yang dikeluarkan oleh top rangking media Wahabi. Maklum juga, dulu Menkominfo dijabat oleh Tifatul Sembiring dari PKS. Namun, ketika Menkominfo dijabat oleh Rudiantara, sejak 2014, maka kebijakan menteri ini adalah menutup website porno dan ekstremis. Dampaknya, beberapa website yang selama ini melancarkan fitnah kepada NU juga ikut tergulung. Masih ingat website PKSPiyungan yang banyak hoaks, atau arrahmah.co(.) yang meresahkan karena menyebarkan konten terorisme itu? Dalam istilah lain, ditutupnya website beginian serta merta juga menghilangkan sumber kopi paste dalil bagi para pemfitnah NU.Dan, yang pantas disyukuri, sejak awal 2019, media milik NU atau yang dikelola oleh jaringan santri ini, mulai merangkak naik. NU.Online, misalnya, menduduki puncak klasemen sebagai media online yang sering dirujuk dalam kajian keislaman. Disusul oleh Islami.co dan Alif.id yang notabene dikelola oleh jaringan kaum muda NU. Selanjutnyaada bincangsyariah.co yang dikelola oleh anak-anak muda yang secara afiliasi ideologis dan gerakan selaras dengan NU.****Melalui berbagai ulasan di atas, di mana NU selalu ketinggalan terlebih dulu, namun bisa menyusul di etape terakhir, mengingatkan saya pada slogan “Lakon mesti menang keri!”. Tak perlu pesimis dengan celotehan orang-orang yang menanamkan “keraguan” terhadap organisasi ini. Ayo berkhidmah dengan ikhlas. Jangan pernah bertanya kita dapat apa dari NU? Melainkan, apa yang akan kita persembahkan untuk NU. Siap menjadi ujung tombak, sekaligus ujung tombok! Wallahu A’lam Bisshawab*Penulis Adalah:Rektor Institut Agama IslamAl-Falah Assunniyyah (INAIFAS)Kencong Jember Jawa TimurDisampaikan Oleh:#DewanKomandoNasional#BalayudhaIslamNusantara

Jejak sejarah ULAMA PEREMPUAN NUSANTARA YANG MENGGEMPARKAN DUNIA ISLAMSYAIKHAH KHAIRIYAH HASYIM ASY’ARI(Pendiri Madrasah Kuttabul Banat di Haramain)SYAIKHAH KHAIRIYAH HASYIM (1906-1969) Muslimah Indonesia yang pertama kali menggagas Madrasah Banat di Saudi Arabia agar kaum Hawa diberi ruang untuk bisa belajar sebagaimana kaum Adam. Atas jasa-jasanya, nama Syaikhah Khairiyah diabadikan menjadi universitas di Saudi Arabia, Universitas Khairiyah yang didirikan Aminah Yasin al-Fadani. Universitas ini mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Saudi. Salah satu keluarga Kerajaan Saudi Arabia yang terlibat di dalamnya adalah puteri Bin Abdul Aziz Malik Faishal yang dikenal gigih dalam memperjuangkan aspirasi kaum perempuan.Syaikhah Khairiyah dilahirkan di Jombang pada 1906 M. Ia adalah anak ke-2 dari 10 bersaudara dari pasangan Kiai Hasyim dan Ibu Nyai Nafiqah. Saudara-saudaranya yaitu Hannah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid (KH. Wahid Hasyim), Abdul Hafidz (KH. Abdul Choliq Hasyim), Abdul Karim (Akarhanaf atau KH. Abdul Karim Hasyim), Ubaidillah, Masrurah, dan Muhammad Yusuf (KH. Yusuf Hasyim).Sebagai putri seorang kiai, kencah keilmuan Syaikhah Khairiyah tidak bisa dipisahkan dari tradisi pesantren salaf yang kental dengan kitab kuning. Dalam mendidik Syaikhah Khairiyah, Kiai Hasyim menerapkan sistem berbeda dibanding dengan anaknya yang laki-laki. Jika laki-laki, Kiai Hasyim memperbolehkan mereka untuk belajar di luar Pesantren Tebuireng seperti Kiai Wahid Hasyim yang pernah belajar di Pesantren Siwalan Panji dan Pesantren Lirboyo, dan Kiai Yusuf Hasyim pernah belajar di Pesantren Sedayu Gresik dan Pesantren Krapyak Yogyakarta. Sedangkan bagi perempuan tidaklah demikian. Meskipun secara sekilas, terlihat adanya sebuah diskriminasi dalam mendidik putra-putrinya, namun pada hakikatnya tidaklah demikian. Kiai Hasyim mendidik Syaikhah Khairiyah secara individual, baik melalui sistem sorogan maupun bandongan. Untuk sistem bandongan yang nobatenya dikhususkan bagi laki-laki, Syaikhah Khairiyah tidak terlibat langsung. Ia belajar dengan cara menguping atas ilmu-ilmu yang disampaikan ayahnya kepada ribuan santri. Ketidak terlibatan Syaikhah Khairiyah secara langsung atas pengajian bandongan itu disebabkan tidak adanya pesantren yang dikhususkan untuk kaum Hawa.Meskipun langkah Syaikhah Khairiyah tidak seluas seperti saudaranya yang laki-laki, akan tetapi, dengan penuh ketekunan, ia belajar kepada ayahnya tentang dasar-dasar agama Islam, seperti membaca al-Qur’an dan mengkaji kitab turast semisal kitab al-Jurûmiyah, al-Imrithi, Maqshûd, al-Fiyah, Fathal Qarîb, Fathal Mu’în, dan Fathal Wahhâb, maka jadilah dirinya sosok perempuan yang alimah.Ketika dalam masa-masa semangat belajar mengkaji ilmu agama, terbesitlah dalam diri sang ayah untuk menjodohkan Syaikhah Khairiyah dengan salah satu santri seniornya yang dikenal alim dalam berbagai disiplin ilmu agama, yaitu Kiai Ma’shum Ali yang mempunyai banyak karya seperti kitab Amstilâtu al-Tashrifiyyah, Badi’u al-Mistal fi Hisâbi al-Sinîn wa al-Hilal, Fathu al-Qâdir fi ‘Ajâibi al-Maqâdir, dan Durûsu al-Falâkiyyah. Pernikahan tersebut berlangsung pada tahun 1919. Waktu itu usia Syaikhah Khairiyah baru 13 tahun.Saat membina rumah tangga dengan Kiai Ma’shum Ali, Syaikhah Khairiyah dikarunia tujuh keturunan, yaitu Hamnah, Abdul Jabar, Ali, Jamilah, Mahmud, Karimah, dan Abidah. Semua anaknya ini meninggal dunia kecuali dua, yaitu Abidah dan Jamilah.Dua tahun dari usia pernikahannya (1921), Kiai Hasyim memerintahkan kepada Syaikhah Khairiyah dan suaminya untuk mendirikan pesantren tersendiri. Kiai Hasyim memandang bahwa keduanya itu sudah mampu untuk mengelola pesantren dengan mandiri. Dengan penuh ketaatan, keduanya melaksanakan apa yang didawuhkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Hasyim memerintahkan agar pesantren tersebut dibangun di daerah yang masih minim agamanya supaya ajaran Islam bisa tersebar luas. Dibelilah tanah di daerah Seblak oleh Kiai Hasyim yang letaknya sekitar 200 meter dari Pesantren Tebuireng. Daerah Seblak ini dikenal sebagai area hitam, masyarakatnya masih jauh dari tuntunan syariat.Saat sedang asyik-asyiknya dalam mengembangkan Pesantren Seblak bersama sang suami, Syaikhah Khairiyah mendapatkan ujian yang begitu berat. Sang suami menderita penyakit paru-paru dengan waktu yang lama dan belum kunjung sembuh. Karena sudah tidak tahan menahan rasa sakit, akhirnya ia kembali ke Rahmatullah pada tangal 24 Ramadan 1351 H / 8 Januari 1933 M dengan usia 33 tahun.Meninggalnya Kiai Ma’shum Ali menjadi pukulan berat bagi Syaikhah Khairiyah dan Pesantren Seblak yang dirintisnya serta Pesantren Tebuireng yang ia masih aktif mengajar di dalamnya. Semua ini terjadi, sebab Kiai Ma’shum Ali merupakan Kiai Jombang yang menjadi referensi setelah Kiai Hasyim Asy’ari. Ialah sosok kiai yang menggagas adanya Madrasah Salafiyah Syafi’iyah di Pesantren Tebuireng.Melihat kondisi Syaikhah Khairiyah yang menjanda dalam usia yang relatif muda, yaitu sekitar usia 27 tahun (sebagian pendapat kurang dari usia tersebut), maka Kiai Hasyim merasa sangat prihatin dan ingin segera mencarikan jodoh lagi jika masa iddahnya sudah habis. Ia ingin mencarikan jodoh yang alim sebagaimana Kiai Ma’shum Ali agar bisa diajak untuk mengembangkan Pesantren Seblak yang kehilangan figur utamanya.Kabar duka yang menerkam Syaikhah Khairiyah sebagai putri seorang ulama terkemuka di Pulau Jawa cepat mernyebar hingga ke berbagai pelosok, bahkan kabar tersebut terdengar hingga ke Haramain melalui buah bibir dari jamaah haji yang berasal dari Nusantara. Di antara penduduk Nusantara yang bermukim di Makkah yang mendengar kabar duka tersebut adalah Kiai Abdul Muhaimin al-Lasemi, seorang ulama dari Lasem, Jawa Tengah yang mukim di Makkah dan menjadi pengajar di sana. Ia masih mempunyai hubungan kerabat dengan Kiai Hasyim Asy’ari, sebab ia merupakan menantu dari Kiai Hasbullah Tambak Beras yang tidak lain adalah paman Kiai Hasyim Asy’ari. Saat mendengar kabar itu, Kiai Muhaimin statusnya adalah duda sebab istrinya telah meninggal di Nusantara. Semenjak kemangkatan istrinya, Kiai Muhaimin memantapkan diri untuk menghabiskan sisa umurnya di Haramain. Karena kedalaman ilmunya, ia diangkat untuk menjadi Mudir ‘Am di Dar al-Ulum yang pelajarnya berdatangan dari berbabagai negara, khususnya Asia Tenggara. Selain sebagai Mudir ‘Am Dar al-Ulum di Haramain, ia juga sebagai ketua majlis Raudlatul Munâdzirin, sebuah ajang diskusi (bahstul masâil) yang membahas masalah kajian Fiqih yang pesertanya dari kalangan ulama dan pelajar Melayu yang berada di Haramain.Setelah masa iddah Syaikhah Khairiyah usai, terbesitlah dalam diri Kiai Muhaimin untuk meminangnya. Ia sangat berharap pinangan tersebut diterima sebab Syaikhah Khairiyah merupakan sosok perempuan yang baik agama dan nasabnya. Karena jaraknya yang jauh, antara Haramain dan Pulau Jawa, Kiai Muhaimin meminta kepada suami adik iparnya, Kiai Bisri Syansuri agar menyampaikan lamarannya kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Mendengar kabar pinangan tersebut, Kiai Hasyim merasa sangat bahagia. Cita-cita Kiai Hasyim untuk mempunyai menantu yang alim telah dikabulkan Allah lagi. Saking bahagianya Kiai Hasyim akan mendapatkan menantu yang alim, dengan antusiasnya ia bersedia memenuhi apa yang diinginkan oleh Kiai Muhaimin. Salah satu keinginan Kiai Muhaimin adalah, ia meminta kepada Kiai Hasyim agar memberikan izin mengenai niatnya untuk membawa Syaikhah Khairiyah ke Makkah guna menemani dakwahnya di sana.Karena banyaknya wadifah (tugas) keilmuan yang diemban oleh Kiai Muhaimin, maka untuk masalah ijab qabul pernikahannya, ia serahkan kepada keluarganya yang ada di Lasem, yaitu Kiai Baidlowi ibn Abdul Aziz (kakak kandung Kiai Muhaimin). Acara ijab qabul pernikahan tersebut diselenggarakan di kediaman Kiai Baidlowi pada tahun 1938 M. Setelah resmi menjadi istri Kiai Muhaimin, Syaikhah Khairiyah diantar ke Makkah oleh saudaranya, Kiai Akarhanaf guna diserahkan kepada Kiai Muhaimin selaku sebagai suami yang sah atas diri Syaikhah Khairiyah.Dengan menjadi istri Kiai Muhaimin, maka kualitas keilmuan Syaikhah Khairiyah semakin terasah sebab adanya jaringan global yang berpusat di Haramain. Kiai Muhaimin tidak hanya mengajar pelajar dari Nusantara, melainkan dari berbagai manca negara. Oleh sebab itu, mau tidak mau, Syaikhah Khairiyah akan terbawa arus dengan lingkungan suaminya tersebut yang penuh dengan kajian keilmuan.Mahligai rumah tangga Syaikhah Khairiyah bersama dengan Kiai Muhaimin membuahkan tiga keturunan, akan tetapi semuanya meninggal dunia. Meskipun tidak mempunyai keturunan, keduanya senantiasa gigih dalam memperjuangkan agama Allah hingga akhir hayatnya. Kiai Muhaimin wafat pada 1946 M. Setelah suaminya meninggal dunia, Syaikhah Khairiyah masih mengabdi di haramain sebagai mudirah di Madrasah Kuttabul Banat hingga akhirnya ia diminta Presiden Soekarno agar berkenan kembali ke Indonesia sebab bangsanya masih sangat membutuhkan sumbangsih keilmuannya. Dengan penuh pertimbangan akhirnya Syaikhah Khairiyah berkenan kembali ke Indonesia pada 1957. Sejak tahun itulah ia mengabdikan diri lagi mengasuh Pesantren Seblak hingga akhir hayatnya.Saat kembali ke Indonesia, Syaikhah Khairiyah aktif di berbagai organisasi seperti menjadi ketua Fatayat NU (1958-1962), anggota Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (1960-an), mengajar di Pesantren Tebuireng, Seblak, dan mengisi berbagai kegiatan majelis ta’lim, khususnya bagi kaum Hawa. Ia sangat mencita-citakan adanya emansipasi pendidikan bagi perempuan secara stuktural meskipun hal semacam itu masih kedengaran asing di telinga para kiai.Untuk wilayah Jombang, gerakan emansipasi wanita dalam bidang pendidikan Islam dimulai pada zaman 1919 oleh Kiai Bisri Syansuri. Ia bersama dengan Nyai Nur Khadijah mendirikan Pesantren Banat. Karena usaha tersebut tidak ditegur oleh Kiai Hasyim selaku guru yang sangat dihormatinya, maka dengan penuh kemantapan ia melanjutkan usahanya itu. Diamnya Kiai Hasyim yang melihat berdirinya Pesantren Putri yang dirintisnya, dianggap sebagai kebolehan atas hukum mendirikan lembaga pendidikan bagi perempuan. Seandainya Kiai Bisyri Syansuri tidak membuat terobosan yang seperti itu, maka dikawatirkan emansipasi pendidikan wanita akan dikuasai oleh Belanda. Banyak perempuan bumiputera yang belajar di sekolahan yang didirikan oleh Belanda atau yang ada kaitan dengannya. Jika perempuan Muslimah tidak mempunyai wadah tersendiri, maka keilmuan mereka akan tertinggal atau teracuni dengan misi Belanda yang selain ingin mengeruk harta pusaka tanah air, mereka juga ingin menyebarkan Agama Kristen. Oleh sebab itu, langkah Kiai Bisri Syansuri ini sangat tepat sekali, terlebih Jombang di waktu itu sudah ada gerakan emansipasi wanita yang dikembangkan oleh Nyonya M.C.E. Ovink Soer, istri Residen Belanda yang bertugas di Jombang yang akrab dengan Kartini.Ketika Kiai Bisri Syansuri mendirikan Pesantren Banat, Syaikhah Khairiyah baru membina rumah tangga dengan Kiai Ma’shum Ali. Ia sangat menyetujui gagasan tersebut. Oleh sebab itu, Kiai Hasyim meminta Pesantren Seblak untuk membuka wadah pendidikan bagi Kaum Hawa yang kemudian pesantren tersebut berkembang pesat di zaman kepengasuhan Syaikhah Khairiyah usai kembali dari Haramain. Karena prestasi Syaikhah Khairiyah ini, maka Pesantren Seblak dikenal sebagai pesantren putri.Karena pentingnya pendidikan bagi wanita, maka Syaikhah Khairiyah mendidik kedua putrinya, Abidah dan Jamilah dengan sebaik-baiknya pendidikan. Dari usaha gigih Syaikhah Khairiyah dalam pendidikan tersebut, maka tidak mengherankan jika salah satu putrinya, Abidah dikenal dengan sebutan “Kartini dari Jombang”. Prestasi Abidah dalam masalah pendidikan adalah berdirinya pesantren putri yang dirintisnya bersama suaminya, Kiai Mahfudz Anwar saat Syaikhah Khairiyah masih di Makkah.Karena pentingnya pendidikan bagi kaum Hawa, maka saat Kiai Muhaimin menjadi Mudir Am di Dar al-Ulum Makkah, ia mengusulkan agar didirikan Madrasah Banat (Kuttabul Banat) sebagai pelengkap dari Dar al-Ulum yang pesertanya hanya terdiri dari Kaum Adam. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya berdirilah Kuttabul Banat di Saudi Arabia pada tahun 1942. Dari Madarasah Banat yang dirintis oleh Syaikhah Khairiyah, maka lahirlah pesantren atau lembaga pendidikan putri di Saudi Arabia seperti yang dilakukan oleh Syaikh Husein al-Palimbani dan Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani bersama dengan istrinya. []Oleh : Amirul ulumRepost by :#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

SAFINATUN NAJAH۞ Macam-Macam Najis ۞(فصل) النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين. والمتوسطة : سائر النجاسات.Segala najis yaitu 3 : Najis berat , dan najis ringan , dan najis sedang . Dan najis berat yaitu najis anjing dan babi dan anak-anak dari salah satu keduanya . Dan najis ringan yaitu kencing anak kecil yang tidak makan selain air susu dan belum sampai umurnya 2 tahun . Dan najis sedang yaitu semua najis . Najasah (Najis)Najis atau najasah dalam bahasa Arab artinya kotoran atau sesuatu yang menjijikan dalam ilmu fiqih ialah kotoran atau sesuatu yang menjijikan yang bisa menghalangi kesempurnaan shalat.Pembagian NajisNajis dibagi menjadi Tiga Bagian:1- Najis Mugholladzoh. (Berat)Najis yang berat yaitu anjing, babi dan anak yang lahir dari keduanya.Cara mensucikannya ialah dicuci bersih dengan air 7 kali dan salah satunya wajib dicuci dengan tanah.Cara ini berdasarkan sabda Rasulallah saw: “Sucinya tempat (perkakas) seseorang diantara kamu apabila telah dijilat oleh anjing, adalah dengan dicuci tujuh kali. Permulaan diantara pencucian itu (harus) dicuci dengan tanah”. (HR. Muslim)2- Najis Mukhofafah (Ringan)Ialah najis yang ringan, seperti air kencing anak laki-laki yang usianya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa, selain air susu ibunya.Cara membersihkannya, cukup dengan memercikkan air bersih pada benda yang terkena najis. Rasulallah saw bersabda: “Barangsiapa yang terkena air kencing anak wanita, harus dicuci. Dan jika terkena air kencing anak laki-laki cukuplah dengan memercikkan air padanya”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim)3- Najis Mutawassithah (Sedang)Najis yang sedang, yaitu najis selain najis mughaladzah (berat) dan najis mukhafafah (ringan) seperti:ArakAllah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” al-Maidah 90DarahSesuai dengan hadist yang diriwayatkan Aisyah ra, Rasulallah saw bersabda “Jika datang haid, maka tinggalkanlah shalat. Jika pergi maka bersucilah dan lakukanlah shalat” (HR Bukhari Muslim)Nanah adalah darah yang berobah menjadi busukMuntah adalah makanan yang berubah di dalam perut mejadi rusak dan busuk, hukumnya seperti tahi.Kotoran (tahi) manusia atau binatang (selain binatang yang tidak mengelair darahnya).Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: “Aku membawa kepada Rasulallah saw dua batu dan segumpal najis (tahi) binatang yang kering. Lalu beliau mengambil dua batu dan membuang najis tersebut. Beliau bersabda: Sesungguhnya ia najis” (HR Bukhari) Kencing (kecuali kecing anak laki-laki yang belum berusia 2 tahun dan belum makan kecuali susu ibunya).Rasulullah saw pernah melewati dua kuburan, maka beliau bersabda, “Mereka berdua sedang disiksa, dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Adapun salah seorang dari keduanya dia tidak beristinja’ dari kencingnya (cebok), sedangkan yang lainnya dia menebarkan adu domba (namimah) ” (HR Bukhari Muslim)Madzi dan wadiSesuai dengan sabda Rasulallah saw “Jika kau melihat madzi, maka cucilah kemaluanmu, dan berwudhulah” (HR Bukhari Muslim).Susu binatang yang tidak dimakan dagingnya hukumnya najis kecuali susu ibu (manusia) suci, Anggota yang terputus dari binatang yang hidup hukumnya najis kecuali ikan, belalang dan manusia.Rasulallah saw bersabda “apa yang terputus dari anggota binatang hidup, adalah bangkai” (HR Abu Daud, at-Tirmidzi).Sedang rambut atau bulu bangkai binatang yang boleh dimakan dagingnya hukumnya suci. Allah berfirman “dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). An-Nahl 80 ,Cara mensucikan najis mutawasithah (sedang) yaitu dicuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.Najis mutawassithah terbagi atas dua bagian:1. Najis ‘AiniahNajis ‘Ainiah yaitu najis yang memiliki bentuk atau wujud dan bisa dilihat oleh mata. Ia memiliki warna, rasa dan bau. Kalau terkana najis ini, cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya sampai hilang warna, rasa dan baunya. Semasih najis itu belum hilang salah satu dari zatnya yaitu warna, rasa dan baunya, maka hukum benda itu masih tetap najis. Jika warna dan bau belum juga hilang setelah dicuci karena mendapat kesulitan maka hukum benda itu suci.2. Najis HukmiahNajis Hukmiyah yaitu najis yang tidak memiliki bentuk atau wujud dan tidak bisa dilihat oleh mata. seperti kencing yang sudah kering. Kalau terkana najis ini, cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada bekas najis tersebut.Keterangan (Ta’liq):Madzi ialah air seperti lendir yang keluar dari kemaluan sewaktu timbul birahi dan jika ingin shalat tidak usah mandi cukup dengan mencucinya sampai bersih dan wudhu.Madi ialah air seperti lendir yang keluar dari kemaluan karena sakit diantaranya keputihan dan jika ingin shalat tidak usah mandi cukup dengan mencucinya sampai barsih dan wudhu.#BIN_Kajian_Ilmiah#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Kalam Ulama "Kowe sekolah 9 tahun wae rumongso ngalim, Mbah Juqi kuwi pernah muthola'ah kitab Jam'ul Jawami' nganti ping 200."(Kalian baru belajar 9 tahun saja sudah merasa 'alim, Mbah Marzuqi itu pernah muthola'ah Kitab Jam'ul Jawami' hingga 200 kali.)Dawuh Syaikhina KH. Anwar Manshur, riwayat Ust. Ivan Elhafidz#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Hargai waktumu, dan sadarilah tugasmu yang utama yakni untuk beribadah dan beramal shaleh, yakinlah apa yang menjadi bagianmu, pasti akan sampai kepadamu.Al-Habib Umar bin Hafidz#HubbulWathonMinalIman

Mutiara Hikmah Self reminder...Seorang santri sedang membersihkan aquarium Kyainya, ia memandang ikan arwana agak kebiruan dengan takjub..Tak sadar Kyainya sudah berada di belakangnya.. "Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang Kyai..."Tidak tahu". Jawab si Santri..."Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang Kyai..Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..Kemudian kembali menghadap sang Kyai. ."Ditawar berapa nak?" tanya sang Kyai. ."50.000 Rupiah Kyai". Jawab si Santri mantap..."Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang Kyai lagi..."Baiklah Kyai". Jawab si santri. Kemudian ia beranjak ke toko ikan hias..."Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang kyai..."800.000 Rupiah Kyai". Jawab si santri dengan gembira, ia mengira sang Kyai akan melepas ikan itu..."Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang Kyai lagi..."Baik Kyai". Jawab si Santri. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.."Berapa ia menawar ikannya?".."50 juta Rupiah Kyai"..Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbed-beda..."Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat..". Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kitaKita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik...Tapi berusahalah terus melakukan kebaikan dan menjalankan apapun dengan keikhlasan...Repost by :#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

14 FEBRUARI ADALAH TANGGAL LAHIR HADRATUSY SYAIKH KH MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI14 Februari 1871 M, adalah hari lahir pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari.Mari kirim al-fatikhah utk beliau, .Ila ruhi Simbah KH HASYIM ASY'ARI wa zawjatihi wa dzurriyahitihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah ... wa muhibbihi ya Allah... syaiun lillahi lana wa lahum Al Fatihah...Ingatkah Anda? Hari Lahir “Sang Kiai” Tertutup Euforia Valentine?Tanggal 14 Februari adalah hari yg pada umumnya muda-mudi di seluruh dunia, khususnya negara2 barat, memperingati Valentine Day, hari kasih sayang. Valentine Day adalah hari untuk memperingati kematian J. Valentine, seorang pastur yg mati dibunuh karena tidak bisa berpisah dgn kekasihnya setelah melakukan hubungan terlarang. Naudzubillah.Kalau kita membaca sejarah Islam di Indonesia, 14 Februari juga adalah hari yg bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan pengikut jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Kenapa demikian? Karena tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal itu, Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H, bertepatan dgn tanggal 14 Februari 1871 M. (Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng: Jombang, 2011, cetakan pertama, hal. 38)Tidak diraguan lagi, peranan Beliau sangat penting sekali bagi perkembangan agama Islam di Indonesia. Beliau mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899 M. dimana hampir sebagian besar pondok Pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng dan kyai2nya yg pernah nyantri kepada Mbah Hasyim.Selain itu, Hadratusyaikh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Menurut Beliau, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap orang muslim Indonesia.Pada tanggal 22 Oktober 1945 M, beliau mengeluarkan fatwa jihad yang isinya.“Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf yang berada dalam radius 88 KM. Perang melawan penjajah adalah jihad fi sabilillah. Oleh karena itu orang Islam yang mati dalam peperangan itu adalah syahid…” (dikutip dari film Sang Kiai).Fatwa jihad ini kemudian dikenal dgn istilah Resolusi Jihad. Perjuangan Hadratusyaikh dalam membela tanah air tercermin dalam film SANG KIAI, sebuah film perjuangan yang diproduksi oleh Rapi Films pada tahun 2013.Oleh sebab itu, sebagai muslim Indonesia khususnya Nahdliyin, tidak perlu ikut2an untuk merayakan hari valentine. Karena disamping tidak ada manfaatnya untuk rakyat Indonesia, dikhawatirkan juga akan mengurangi nilai keimanan seorang muslim. Justru sebaliknya kita seharusnya memperingati 14 Februari sebagai hari ulang tahun Hadratusyaikh, dgn cara2 yg bermanfaat. Dari www.tebuireng.onlineIndah bangetFollow IG HWMI :https://www.instagram.com/hubbul_wathon_#HubbulWathonMinalIman

Hari Kasih SayangHari Lahir Guru Kita“Gunakan masa muda dan umurmu untuk memperoleh ilmu. Jangan mau terpedaya oleh rayuan menunda-nunda dan berangan-angan panjang, sebab setiap detik umur yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan."(Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari)Follow IG HWMI :https://www.instagram.com/hubbul_wathon_#ValentinesDay#HubbulWathonMinalIman

Jejak sejarah Penduduk Jakarta pasti sudah pernah mendengar nama sebuah jalan bernama Daan Mogot. Jalan yang terbentang dari perempatan Grogol hingga Tangerang. Tapi apakah banyak yang sadar bahwa nama jalan Daan Mogot itu berasal dari sebuah nama seorang pemuda?Pemuda belia itu bernama Elias Daniel Mogot. Daan Mogot adalah nama populer Elias Daniel Mogot. Pemuda ini cukup mengagumkan. Bayangkan ketika anak-anak saat ini yang berumur 14 tahun masih doyan main playstation ataupun ber-FB ria, ternyata saat umur 14 tahun Daan Mogot sudah ikut berperang.Pemuda kelahiran Manado, 28 Desember 1928, ini dibawa oleh orang tuanya ke Batavia (Jakarta) saat berumur 11 tahun. Daan Mogot adalah anak dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut). Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang.Di umur 14 tahun (tahun 1942) Daan Mogot masuk PETA (Pembela Tanah Air) yaitu organisasi militer pribumi bentukan Jepang di Jawa, walaupaun sebenarnya ia tak memenuhi syarat karena usianya belum genap 18 tahun. Oleh prestasinya yang luar biasa ia diangkat menjadi pelatih PETA di Bali. Kemudian dipindahkan ke Batavia.Saat kejatuhan Jepang dan selepas Proklamasi 1945, Daan Mogot bergabung dengan pemuda lainnya mempertahankan kemerdekaan dan menjadi salah seorang tokoh pemimpin Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor. Uniknya saat itu Daan Mogot baru berusia 16 tahun namun sudah berpangkat Mayor.Malang tak dapat ditolak, saat ia berjuang membela negeri ini, ayahnya tewas dibunuh oleh para perampok yang menganggap “orang Manado” (orang Minahasa) sebagai londoh-londoh (antek-antek) Belanda. Kesedihannya itu ia sampaikan pada sepupunya Alex Kawilarang.“Banyak benar anarki terjadi di sini,” kata Alex Kawilarang.“Memang, itu yang mesti torang bereskan. Oleh karena itu, senjata harus berada di torang pe tangan” kata Daan Mogot. “Torang, orang Manado, jangan berbuat yang bukan-bukan. Awas, hati-hati! Torang musti benar-benar menunjukkan, di pihak mana kita berada.”Daan Mogot berkeinginan mencurahkan pengetahuannya, apa yang dulu didapatkannya saat masih dibawah PETA. Ia ingin mendidik para pemuda yang mau menjadi tentara. Dan keinginan besarnya itu akhirnya terwujud dengan berdirinya Akademi Milter di Tangerang 18 November 1945 bersama Kemal Idris, Daan Yahya dan Taswin. Dan Daan Mogot diangkat menjadi Direktur Militer Akademi Tangerang (MAT) saat ia berusia 17 tahun dengan calon Taruna pertama yang dilatih berjumlah ada 180 orang.Hutan Lengkong – Serpong TangerangPada tanggal 30 November 1945 dilakukan perundingan antara Indonesia dengan delegasi Sekutu. Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Agoes Salim yang didampingi oleh dua dua perwira TKR yaitu Mayor Wibowo dan Mayor Oetarjo. Sedangkan pihak Sekutu (Inggris), Brigadir ICA Lauder didampingi oleh Letkol Vanderpost (Afrika Selatan) dan Mayor West.Pertemuan yang merupakan Meeting of Minds, menghasilkan ketetapan tentang pengambil-alihan primary objectives tentara Sekutu oleh TKR yang meliputi perlucutan senjata dan pemulangan 35 ribu tentara Jepang yang masih di Indonesia, pembebasan dan pemulangan Allied Prisoners of War and Internees (APWI) yang kebanyakan terdiri dari lelaki tua, wanita, dan anak-anak berkebangsaan Belanda dan Inggris sebanyak 36 ribu.Berdasarkan kesepakatan 30 November 1945, tentara Sekutu tidak lagi memiliki alasan untuk memasuki wilayah kekuasaan Indonesia maupun menggunakan tentara Jepang untuk memerangi Indonesia dengan dalih mempertahankan status quo pra- Proklamasi. Perintah itu disampaikan oleh pihak Sekutu kepada Panglima Tentara Jepang Letjen Nagano.Sekitar tanggal 5 Desember 1945 ditegaskan oleh Kolonel Yashimoto dari pimpinan tentara Jepang kepada pimpinan Kantor Penghubung TKR di Jakarta cq Mayor Oetarjo bahwa para komandan tentara Jepang setempat sesuai dengan keputusan pimpinan tentara Sekutu, telah diperintahkan tunduk kepada para komandan TKR setempat yang bertanggung jawab atas pemulangan mereka.Namun pada tanggal 24 Januari 1946, Daan Mogot mendengar pasukan NICA Belanda sudah menduduki Parung. Dan bisa dipastikan mereka akan melakukan gerakan merebut senjata tentara Jepang di depot Lengkong.Ini sangat berbahaya karena akan mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang. Untuk mendahului jangan sampai senjata Jepang jatuh ke tangan sekutu, berangkatlah pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 taruna Militer Akademi Tangerang (MAT) dan delapan tentara Gurkha pada tanggal 25 Januari 1946 lewat tengah hari sekitar pukul 14.00. Ikut pula bersamanya beberapa orang perwira seperti Mayor Wibowo, Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Letnan Soetopo.Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer hasil rampasan dari Inggris, para prajurit berangkat dan sampai di markas Jepang Lengkong pukul 16.00 WIB. Di depan pintu gerbang, truk diberhentikan dan pasukan TKR turun. Mereka memasuki markas tentara Jepang dengan Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan taruna Alex Sajoeti (fasih bahasa Jepang) berjalan di depan. Pasukan taruna diserahkan kepada Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo untuk menunggu di luar.Kapten Abe, dari pihak Jepang, menerima ketiganya di dalam markas. Mendengar penjelasan maksud kedatangan mereka, Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta. Ia beralasan bahwa ia belum mendapat perintah atasannya tentang perlucutan senjata. Saat perundingan berjalan, ternyata Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yang ada di sana dengan kerelaan dari anak buah Kapten Abe. 40 orang Jepang telah terkumpulkan di lapangan.Namun entah mengapa, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui dari mana asalnya. Disusul tembakan dari tiga pos penjagaan bersenjatakan mitraliur yang diarahkan kepada pasukan taruna yang terjebak. Tentara Jepang yang berbaris di lapangan ikut pula memberikan perlawanan dengan merebut kembali sebagian senjata mereka yang belum sempat dimuat ke dalam truk milik TKR.Terjadilah pertempuran yang tak seimbang, apalagi pengalaman tempur dan persenjataan para Taruna tak sebanding dsengan pihak Jepang. Taruna MAT menjadi sasaran empuk, diterjang oleh senapan mesin, lemparan granat serta perkelahian sangkur seorang lawan seorang.Ketika mendengar pecahnya pertempuran, Mayor Daan Mogot segera berlari keluar meninggalkan meja perundingan dan berupaya menghentikan pertempuran namun upaya itu tidak berhasil. Mayor Daan Mogot bersama beberapa pasukannya menyingkir meninggalkan asrama tentara Jepang, memasuki hutan karet yang dikenal sebagai hutan Lengkong.Namun Taruna MAT yang berhasil lolos menyelamatkan diri di antara pohon-pohon karet mengalami kesulitan menggunakan karaben Terni yang dimiliki. Sering peluru yang dimasukkan ke kamar-kamarnya tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet. Pertempuran ini tidak berlangsung lama, karena pasukan itu bertempur di dalam perbentengan Jepang dengan persenjataan dan persediaan peluru yang amat terbatas.Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.Monumen LengkongDari pertempuran di hutan Lengkong, 33 taruna dan 3 perwira gugur serta 10 taruna luka berat. Mayor Wibowo bersama 20 taruna ditawan, hanya 3 taruna, yaitu Soedarno, Menod, Oesman Sjarief berhasil meloloskan diri dan tiba di Markas Komando Resimen TKR Tangerang pada pagi hari.Pasukan Jepang selanjutnya bertindak penuh kebuasan. Mereka yang telah luka terkena peluru dan masih hidup dihabisi dengan tusukan bayonet. Ada yang tertangkap sesudah keluar dari tempat perlindungan, lalu diserahkan kepada Kempetai Bogor. Beberapa orang yang masih hidup (walau mereka dalam keadaan terluka) dipaksa untuk menggali kubur bagi teman-temannya.Tanggal 29 Januari 1946 di Tangerang diselenggarakan pemakaman kembali 36 jenasah yang gugur dalam peristiwa Lengkong disusul seorang taruna Soekardi yang luka berat namun akhirnya meninggal di RS Tangerang. Mereka dikuburkan di dekat penjara anak-anak Tangerang. Hadir pula pada upacara tersebut Perdana Menteri RI Sutan Sjahrir, Wakil Menlu RI Haji Agoes Salim yang puteranya bernama Sjewket Salim ikut gugur dalam peristiwa tersebut beserta para anggota keluarga taruna yang gugur. Dan bagi R.Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI 1946, ia kehilangan dua putra terbaiknya yaitu Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna R.M. Soejono Djojohadikoesoemo (keduanya paman dari Prabowo Subianto).Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Indonesia kemudian mengangkat Daan Mogot sebagai pahlawan nasional. Namanya juga diabadikan menjadi nama Jalan yang menghubungkan Jakarta dengan Tangerang. Jalan Ini memiliki sahabat setia yaitu Kali Mookervaat.Daan Mogot tutup usia pada tanggal 25 Januari tahun 1946. Hanya sempat merasakan sebulan hidup di usia 17 tahun atau dikenal sebagai saat sweet seventeen saat ini. Mungkin bagi anak muda akan diperingati sebagai masa yang indah, namun bagi Hadjari Singgih, pacar Mayor Daan Mogot, adalah sebuah pengorbanan yang sangat berarti bagi negeri ini. Kado yang terindah darinya adalah dengan memotong rambutnya yang panjang mencapai pinggang dan menanam rambut itu bersama jenasah Daan Mogot.Kini di antara kemewahan kawasan Serpong, Tangerang Selatan, “terselip” sebuah sejarah bernilai tinggi bagi Republik Indonesia. Sebuah rumah tua, bekas markas serdadu Jepang di Desa Lengkong, menjadi saksi “Pertempuran Lengkong.” Di sebelah kanan rumah itu berdiri sebuah monument yang dibangun sejak tahun 1993. Terukir sejumlah nama taruna dan perwira yang gugur dalam peristiwa heroik yang itu. Namun yang patut disayangkan adanya perbedaan antara museum Lengkong dengan obyek-obyek sejarah lainnya di Tanah Air ini.Markas tentara Jepang di Desa LengkongMuseum dan Monumen Lengkong bukanlah salah satu sarana obyek wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat luas. Pemanfaatannya hingga saat ini hanya sekedar tempat peringatan peristiwa pertempuran. Sehingga banyak dari masyarakat sekitar yang tidak tahu akan keberadaan bangunan historis tersebut. Apalagi seharusnya di museum terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia beserta akademinya, namun sayang sekali foto-foto bersejarah tersebut kini berada di Akademi Militer Tangerang dan akan dipasang kembali tiap tanggal 25 Januari dalam upacara peringatan peristiwa Pertempuran Lengkong.Kisah kepahlawanan Daan Mogot menjadi tamparan bagi kita, saat usia muda ia telah berbakti untuk negerinya. Seharusnya kita terus kabarkan, agar para pemuda tahu bahwa sejarah negeri ini bermula dari kaum pemuda. Agar para orang pemimpin negeri ini tak memandang remeh pada jeritan kaum muda. Simak dan renungkan, apa yang terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang.Repost by :#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Kalam Ulama Gus Dur saat ziarah di pesarean Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Gus Dur adalah tokoh yang sering melakukan ziarah kubur. Ketika ditanya apa alasan Gus Dur sering berziarah ke makam2? "Karena orang mati tidak memiliki kepentingan," jawab Gus Dur.#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Kalam Ulama jantiko_mantabJangan khawatir kepada orang tua yg tidak sempat memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya dikarenakan anaknya yg sedang tholabul 'ilmi atau orang tuanya yg merantau tholabul halal. kito dunga-aken mawon mugi-mugi Putro kulo panjenengan diparingi tatanan langsung sangking ALLAH, sing mengke dados lare yg mendapatkan 2S yaitu Sholeh dan Sukses. "dawuh Gus Miek" 1986 (Keterangan foto "Gus Miek dan abahnya sekaligus pendiri PP.Al-Falah Ploso kediri KH.Ahmad Djazuli Utsman)#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

KAJIAN ILMIYAH Oleh Balayudha Islam Nusantara------------------------------------------------------DALIL AMALIYAH NAHDLIYAH- Edisi 071 ---------------------SHOLAWAT AL BARJANJIDi Indonesia, peringatan Maulid Nabi (orang banjar menyebutnya *Ba-Mulud’an*) sudah melembaga bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiap memasuki Rabi’ul Awwal, berbagai ormas Islam, masjid, musholla, institusi pendidikan, dan majelis taklim bersiap memperingatinya dengan beragam cara dan acara; dari sekadar menggelar pengajian kecil-kecilan hingga seremoni akbar dan bakti sosial, dari sekadar diskusi hingga ritual-ritual yang sarat tradisi (lokal).Di antara yang berbasis tradisi adalah:* Manyanggar Banua, Mapanretasi di Pagatan, Ba’Ayun Mulud (Ma’ayun anak) di Kab. Tapin, Kalimantan Selatan* Sekaten, di Keraton Yogyakarta dan Surakarta,* Gerebeg Mulud di Demak,* Panjang Jimat *di Kasultanan Cirebon,* Mandi Barokah *di Cikelet Garut, dan sebagainya.Tradisi lain yang tak kalah populer adalah pembacaan Kitab al-Barzanji. Membaca Barzanji seolah menjadi sesi yang tak boleh ditinggalkan dalam setiap peringatan Maulid Nabi. Pembacaannya dapat dilakukan di mana pun, kapan pun dan dengan notasi apa pun, karena memang tidak ada tata cara khusus yang mengaturnya.Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup *nasab*-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan manusia.Judul aslinya adalah *’Iqd al-Jawahir *(Kalung Permata). Namun, dalam perkembangannya, nama pengarangnyalah yang lebih masyhur disebut, yaitu Syekh Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorang sufi yang lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M.* Relasi Berjanji dan Muludan* Ada catatan menarik dari Nico Captein, seorang orientalis dari UniversitasLeiden, dalam bukunya yang berjudul *Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad saw.Menurutnya, Maulid Nabi pada mulanya adalah perayaan kaum Syi’ahFatimiyah (909-117 M) di Mesir untuk menegaskan kepada publik bahwa dinasti tersebut benar-benar keturunan Nabi. Bisa dibilang, ada nuansa politis di balik perayaannya.Dari kalangan Sunni, pertama kali diselenggarakan di Suriah oleh Nuruddin pada abad XI. Pada abad itu juga Maulid digelar di Mosul Irak, Mekkah dan seluruh penjuru Islam. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang menolak memperingati karena dinilai *bid’ah *(mengada-ada dalam beribadah).Di Indonesia, tradisi Berjanjen bukan hal baru, terlebih di kalangan Nahdliyyin *(sebutan untuk warga NU). Berjanjen tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara kelahiran, *akikah *dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telah menjadi kurikulum wajib.Garis Keturunan Syekh al-Barzanji :Sayyid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Syed ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Syed ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a. dan Sayidatina Fatimah binti Rasulullah saw.Dinamakan Al-Barjanzy karena dinisbahkan kepada nama desa pengarang yang terletak di Barjanziyah kawasan Akrad (kurdistan). Kitab tersebut nama aslinya ‘Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) sebagian ulama menyatakan bahwa nama karangannya adalah “I’qdul Jawhar fi mawlid anNabiyyil Azhar”. yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw., meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.Beliau dilahirkan di Madinah Al Munawwarah pada hari Kamis, awal bulan Zulhijjah tahun 1126 H (1960 M) (1766 beliau menghafal Al-Quran 30 Juz kepada Syaikh Ismail Alyamany dan Tashih Quran (mujawwad) kepada syaikh Yusuf Asho’idy kemudian belajar ilmu naqliyah (quran Dan Haditz) dan ‘Aqliyah kepada ulama-ulama masjid nabawi Madinah Al Munawwarah dan tokoh-tokoh qabilah daerah Barjanzi kemudian belajar ilmu nahwu, sharaf, mantiq, Ma’ani, Badi’, Faraidh, Khat, hisab, fiqih, ushul fiqh, falsafah, ilmu hikmah, ilmu teknik, lughah, ilmu mustalah hadis, tafsir, hadis, ilmu hukum, Sirah Nabawi, ilmu sejarah semua itu dipelajari selama beliau ikut duduk belajar bersama ulama-ulama masjid nabawi. Dan ketika umurnya mencapai 31 tahun atau bertepatan 1159 H barulah beliau menjadi seorang yang ‘Alim wal ‘Allaamah dan Ulama besar.Kitab “Mawlid al-Barzanji” ini telah disyarahkan oleh al-’Allaamah al-Faqih asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al-Barzanji” yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.Di samping itu, kitab Mawlid Sidi Ja’far al-Barzanji ini telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy al-Maaliki al-’Asy’ari asy-Syadzili al-Azhari dengan kitab “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al-Barzanji”.Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217H (1802M) dan wafat pada tahun 1299H (1882M). Selain itu ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul ‘Ulama-il Hijaz, an-Nawawi ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi “Mawlid al-Barzanji” dan karangannya itu dinamakannya “Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud”.Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, telah juga menulis syarah bagi “Mawlid al-Barzanji” tersebut yang dinamakannya “al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Mawlidin Nabiyil Azhar”. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhau-il Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far al-Barzanji dalam kitabnya “ar-Raudhul A’thar fi Manaqib as-Sayyid Ja’far”.Kembali kepada Sidi Ja’far al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan sahaja kerana ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdoa untuk hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan bahawa satu ketika di musim kemarau, sedang beliau sedang menyampaikan khutbah Jumaatnya, seseorang telah meminta beliau beristisqa` memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu beliau pun berdoa memohon hujan, dengan serta merta doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya sehingga seminggu, persis sebagaimana yang pernah berlaku pada zaman Junjungan Nabi s.a.w. dahulu.Menyaksikan peristiwa tersebut, maka sebahagian ulama pada zaman itu telah memuji beliau dengan bait-bait syair yang berbunyi:-سقى الفروق بالعباس قدما * و نحن بجعفر غيثا سقينافذاك و سيلة لـهم و هذا * وسيلتنا إمام العارفيناDahulu al-Faruuq dengan al-’Abbas beristisqa` memohon hujan Dan kami dengan Ja’far pula beristisqa` memohon hujan Maka yang demikian itu wasilah mereka kepada Tuhan Dan ini wasilah kami seorang Imam yang ‘aarifinSidi Ja’far al-Barzanji wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi s.a.w. Karangannya membawa umat ingatkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat kasihkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat rindukan Junjungan Nabi s.a.w. Setiap kali karangannya dibaca, pasti sholawat dan salam dilantunkan buat Junjungan Nabi s.a.w. Juga umat tidak lupa mendoakan Sayyid Ja’far yang telah berjasa menyebarkan keharuman pribadi dan sirah kehidupan makhluk termulia keturunan Adnan. Allahu … Allah.اللهم اغفر لناسج هذه البرود المحبرة المولدية سيدنا جعفر من إلى البرزنج نسبته و منتماهو حقق له الفوز بقربك و الرجاء و الأمنية و اجعل مع المقربين مقيله و سكناه و استرله عيبه و عجزه و حصره و عيه و كاتبها و قارئها و من اصاخ إليه سمعه و اصغاهYa Allah ampunkan pengarang jalinan mawlid indah nyata Sayyidina Ja’far kepada Barzanj ternisbah dirinya Kejayaan berdamping denganMu hasilkan baginya Juga kabul segala harapan dan cita-cita Jadikanlah dia bersama muqarrabin berkediaman dalam syurga Tutupkan segala keaiban dan kelemahannya Segala kekurangan dan kekeliruannya Seumpamanya Ya Allah harap dikurnia juga Bagi penulis, pembaca serta pendengarnyaو صلى الله على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم و الحمد لله رب العالمينDalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi SAW. dalam Islam (1991), sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel, menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi.Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, semisal hasil terjemahan HAA Dahlan atau Ahmad Najieh, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini. Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad SAW. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: “Natsar” dan “Nadhom”. Bagian “Natsar” terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad SAW., mulai dari saat-saat menjelang paduka dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian “Nadhom” terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian “Nadhom”, misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan: Engkau mentari, engkau bulan/ Engkau cahaya di atas cahaya.Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “untaian mutiara”.Namun, bahasa puisi yang gemerlapan itu, seringkali juga terasa rapuh. Dalam karya Ja’far al-Barzanji pun, ada bagian-bagian deskriptif yang mungkin terlampau meluap. Dalam bagian “Natsar”, misalnya, sebagaimana yang diterjemahkan oleh HAA Dahlan, kita mendapatkan lukisan demikian: Dan setiap binatang yang hidup milik suku Quraisy memperbincangkan kehamilan Siti Aminah dengan bahasa Arab yang fasih.Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadis, dan sirah nabawiyyah.Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam di berbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.Sifatnya: Wajahnya tampan, perilakunya sopan, matanya luas, putih giginya, hidungnya mancung,jenggotnya yang tebal,Mempunyai akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan sangat pemurah. Seorang ulama besar yang berdedikasi mengajarkan ilmunya di Masjid Kakeknya (Masjid Nabawi) SAW. sekaligus beliau menjadi seorang mufti Mahzhab Syafiiyah di kota madinah Munawwarah.“Al-’Allaamah al-Muhaddits al-Musnid as-Sayyid Ja’far bin Hasan al-Barzanji adalah MUFTI ASY-SYAFI`IYYAH di Kota Madinah al-Munawwarah. Banyak perbedaan tentang tanggal wafatnya, sebagian menyebut beliau meninggal pada tahun 1177 H. Imam az-Zubaidi dalam “al-Mu’jam al-Mukhtash” menulis bahwa beliau wafat tahun 1184 H, dimana Imam az-Zubaidi pernah berjumpa dengan beliau dan menghadiri majelis pengajiannya di Masjid Nabawi yang mulia.Maulid karangan beliau ini adalah kitab maulid yang paling terkenal dan paling tersebar ke pelosok negeri ‘Arab dan Islam, baik di Timur maupun di Barat. Bahkan banyak kalangan ‘Arab dan ‘Ajam (luar Arab) yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam waktu-waktu tertentu. Kandungannya merupakan khulaashah (ringkasan) sirah nabawiyyah yang meliputi kisah lahir baginda, perutusan baginda sebagai rasul, hijrah, akhlak, peperangan sehingga kewafatan baginda.Wafat: Beliau telah kembali ke rahmatullah pada hari Selasa, setelah Asar,4 Sya’ban, tahun 1177 H (1766 M). Jasad beliau makamkan di Baqi’ bersama keluarga Rasulullah saw. Kitab maulid Barzanji sendiri telah disyarah (dijelaskan) oleh ulama-ulama besar seperti Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy al-Maaliki al-’Asy’ari asy-Syadzili al-Azhari yang mengarang kitab “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al- Barzanji” dan Sayyidul ‘Ulama-il Hijaz, Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi “Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud”________________________________________والله اعلم بالصوابسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ--------------------------------------------------------------------#Kajian_Ilmiyah_ala_BIN-071#Dewan_Komando_Nasional #Balayudha_Islam_Nusantara--------------------------------------------------------------------

NU itu menentramkan, satu-satunya organisasi yang ngopeni warganya sejak didalam kandungan hingga masuk liang lahat pun masih diabsen tiap malam Jum'at dengan Fatihah.Gus Yusuf Chudori#HubbulWathonMinalIman

MENANGGAPI MEME KEBODOHANSejak Kapan Uang Elektronik Dianggap Hutang?Entah sejak kapan dan dalam pandangan ulama yang mana ketika hutang-piutang dilakukan tanpa transaksi dalam akad. Padahal para ulama kita menyatakan:ﻭﻻ ﻳﻨﻌﻘﺪ ﺇﻻ ﻳﺎﻹﻳﺠﺎﺏ ﻭاﻟﻘﺒﻮﻝ ﻷﻧﻪ ﺗﻤﻠﻴﻚ ﺁﺩﻣﻲ ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺇﻳﺠﺎﺏ ﻭﻗﺒﻮﻝ ﻛﺎﻟﺒﻴﻊ ﻭاﻟﻬﺒﺔ Hutang-piutang tidak sah kecuali ada ijab dan kabul (serah terima). Sebab transaksi hutang adalah bentuk kepemilikan terhadap sesama manusia, maka tidak sah kecuali dengan serah terima, seperti jual beli dan hibah / pemberian (Al-Muhadzab 2/82)Pernahkah kita yang meletakkan uang di aplikasi Ovo, Gopay, Link dan jenis lainnya dengan transaksi menghutangkan kepada mereka? Tidak pernah. Apakah pemilik aplikasi penyedia layanan yang elektronik itu berhutang dan meminjam uang kepada kita? Lagi-lagi tidak pernah.Lagian yang namanya hutang tidak dapat diambil sewaktu-waktu semau kita. Hari ini kita top up / isi ulang 1 juta, setengah jam berikutnya anda gunakan transaksi elektronik sampai habis ternyata dengan leluasa dapat kita gunakan kok!!! Lalu kapan Gopay, Ovo, Link dll pinjam uang kita?!Mendudukkan masalah (tashawwur) saja sudah salah di awal, apalagi sampai menghukumi riba. Bahkan menyebut dengan inti riba.KH. Ma'ruf Khozin (Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)Follow IG HWMI :https://www.instagram.com/hubbul_wathon_#HubbulWathonMinalIman

Tinggal AL-QUR'ÃN yang belum di-cabutSulthonul Ilmi Habib Salim as-SyatiriSewaktu ROSŪLULLÕH akan meninggal dunia, BELIAU SAW bertanya kepada Malaikat JIBRIL Ya JIBRIL apakah setelah sepeninggal-ku, ENGKAU masih akan turun ke dunia? Malaikat JIBRIL menjawab: iya wahai ROSŪLALLÕH..Aku akan turun ke dunia dalam beberapa tahapanYang pertama aku akan turun kedunia untuk mencabut keadilan, sehingga meratalah kedholiman di-mana².Yang kedua aku akan turun untuk mencabut berkah, sehingga bumi tidak akan menjadi berkah lagi dalam semua keadaan.Yang ketiga aku akan mencabut amanah, sehingga banyak orang² yang diberi amanah tetapi mereka mengkhianati amanah tersebut.Yang ke-empat aku akan turun untuk mencabut malu dari para wanita, sehingga banyak wanita yg tidak ada rasa malu lagi.Yang ke-lima aku akan turun untuk mencabut AL-QUR'ÃN el-Karim, sehingga tidak satupun ayat AL-QUR'ÃN yang dapat dicari atau dibaca lagi.Dan tidak lama setelah AL-QUR'ÃN diangkat maka orang² yang mempunyai IMAN sekecil apapun di-dalam dada-nya akan dimatikan seluruh-nya sehingga tinggallah mereka kaum² musyrik dan kafirDi-ibaratkan pada masa tsb tidak akan pernah didengar nama ALLÕH lagi disebut.Pada waktu itulah QIYAMAT akan terjadi."Mudah²an kita semua ditetapkan IMAN dalamISLAM dan meninggal dalam keadaan KHUSNUL KHOTIMAHÃmiiiiiin ya ROBBAL Alamin 🤲🤲#BIN_SedikoDawuh#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Doa sedang jatuh cinta