Kisah Ulama KADAR KEDEKATAN SE ORANG HAMBA KEPADA ROBBUL ALAMIN DI UKUR DARI SEJAUH MANA IA BERADAB KEPADA SESAMA MAHLUK ALLAH "MEMANUSIAKAN MANUSIA" (GUS MUS)SEORANG KIYAI JIKA GAK BISA GUYON/BERCANDA ITU KURANG LENGKAP ILMUNYA (MBAH KH MAIMUN ZUBAIR)BERKACA DARI CARA KYAI ZAINUDDIN MOJOSARI MENDIDIK PENDIRI NUPondok Mojosari Nganjuk adalah pondok pesantren yg usianya hampir 3 Abad (Termasuk Pondok NU Tertua). Pondok pesantren ini berdiri sekitar thn 1723 M. Yg didirikan oleh Kyai Imron. Sebelum mendirikan Pondok Mojosari, Kyai Imron bertirakat Puasa 3 thn di dalam Batu (Wallahu'alam). Dan waktu membabat Alas Mojosari beliau puasa Jagung (Sehari cuma makan 1 biji jagung) sampai pondok berdiri. Hal ini dikarenakan keangkeran Alas Mojosari yg waktu itu terkenal seram dan banyak dihuni oleh Genderuwo dan makhluk gaib lainnya.KH. Zainuddin merupakan pengasuh Pondok Pesantren Mojosari, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur generasi ke 7. Pondok Pesantren Mojosari didirikan pada tahun 1720 M oleh Kyai Ali Imron, Bendungan.Ketika menjadi santri di pesantren Langitan, Tuban, Kiai Zainuddin yang asal Padangan, Bojonegoro diambil menantu oleh pengasuh pondok tersebut, dan diminta untuk meneruskan kepemimpinan Pondok Mojosari. Di bawah kepemimpinannya, Ponpes Mojosari mencapai kejayaannya.Kyai Zainuddin adalah sosok Kyai yang istiqomah, diakui kewaliannya dan sangat peduli dengan lingkungan, ini dibuktikan dengan banyaknya hewan piaraan dirumahnya, spt sapi, kuda, kambing, bebek, ayam dan lainnya. Seakan-akan rumahnya mirip kebun binatang.Meski di kenal sebagai Waliyullah, kegiatan KH Zainuddin sehari-hari tak jauh berbeda dengan petani pada umumnya, tapi ia terkenal sangat disiplin dan istiqamah. Jam 22.00 setelah selesai mengajar dimalam hari, sang kiai istirahat hingga jam 02.00 lalu shalat tahajjud, membaca Al Qur’an atau melakukan ibadah-ibadah lain yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah hingga menjelang subuh.Namun adakalanya, sembil menanti subuh, dia berputar-putar mengelilingi pekarangan yang banyak ditumbuhi pohon buah-buahan, dikumpulkannya buah sawo, jambu dan buah-buahan lainnya yang berjatuhan untuk makanan ternak. Setelah itu barulah dia membangunkan para santri di pondok dengan menyebut nama mereka satu per satu. Begitu banyak nama santri yang beliau hafal.Apabila musim dingin tiba, biasanya santri agak sulit bangun pagi, untuk mengatasinya KH. Zainuddin tidak pernah kehabisan taktik. Beliau keliling membawa wadah air dan selembar serbet (kain lap). Serbet yang sudah dibasahi itu kemudian ditempelkan atau diteteskan airnya ketubuh siapa saja yang belum bangun, tak peduli santri atau tamu yang kebetulan sowan ke pondok.Santri yang terkejut merasakan tetesan air itu mulai bergerak bangun, namun lucunya Kyai Zainuddin malah dengan sigapnya bersembunyi dibalik pintu tak ubahnya seperti anak kecil yang sedang bermain petak umpet. Hal ini terus dilakukan sampai santri benar-benar bangun.Untuk santri yang masih juga membandel, padahal sudah berulang kali tetesan air mengenai tubuhnya maka Kyai Zainuddin meneteskan minyak tanah dari sumbu lampu kaleng. Si santripun bisa jengkel dan bangun sampil berteriak : “wo nakal !!! mbeling tenan, nganggo lengo gas” (wah nakal, keterlaluan banget, pakai minyak tanah). Dan santri itupun hanya bisa tersipu malu ketika mengetahui pelakunya adalah kiainya sendiri. Kyai Zainuddin memang memiliki selera humor tinggi sehingga santri-santri sangat akrab dengan beliau.Usai shalat Subuh, Kegiatan Kyai Zainuddin dilanjutkan dengan pengajian, dari kitab yang kecil maupun besar. Sekitar jam 07.00 diambilnya sapu lidi, dan dengan sigap ia membersihkan halaman rumah sampai ke kandang kuda, sapi, kambing dan ayam. Kalau perlu, dia juga turut memberi makan binatang-binatang ternak piaraannya, kiai Zainuddin termasuk penyayang binatang dan rajin menjaga kebersihan lingkungan.Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Kiai Zainuddin bekerja keras, mengayun cangkul, menanam singkong, jagung atau pisang. Dan untuk keperluan kesehatan, dia juga membuat apotek hidup dihalaman rumahnya.Cara Kiai Zainuddin Mojosari Mendidik Kiai Hasyim Asy’ariMbah Kiai Zainuddin adalah ulama besar Nusantara yang “paling tidak terekspose” bila dibanding dengan ulama-ulama seangkatannya semisal Syekh Nawawi al-Bantaniy, Syekh Sholeh Darat (guru beliau), Syekh Kholil Bangkalan, KH. Dimyathi Tremas Pacitan, Syekh Asnawi Kudus.Ketika dulu para santri masih menggunakan sitem rihlah (kelana), maka Mbah Kiai Zainuddin adalah salah satu ulama “wajib” yang dituju para santri pada zaman itu dalam rangka menyempurnakan keilmuan para santri. Dari segi usia memang beliau paling muda dengan teman seangkatannya namun beliau yang paling akhir meninggal dunia (menurut keterangan salah satu santrinya wafat beliau tahun 1954).Beliau menempati sebuah pondok tua yaitu di Mojosari Loceret Nganjuk. Mungkin karena secara geografis berada di kaki gunung Wilis, maka beliau “tidak banyak diekspose” dibanding sahabat-sahabatnya, karena memang dalam sejarahnya beliau cenderung bergerak dalam keilmuan tasawwuf.Syahdan pada suatu hari, seperti biasanya pesantren di bulan Sya’ban selalu mengadakan imtihan (selametan) pengajian pondok di akhir tahun. Pada waktu itu beliau bersama-sama pengurus pondok dan tokoh-tokoh kampung Mojosari berkumpul mengadakan musyawarah untuk gawe besar ini. Disepakati perayaan imtihan dilakukan semeriah mungkin dan dilakukan beberapa hari baik melibatkan pondok maupun masyarakat Mojosari. Akhirnya ada sebagian masyarakat yang mengusulkan diadakan kesenian rakyat yaitu “Jaranan”, dan beliau mbah Kiai Zainuddin mengiyakan dengan syarat dilakukan di awal dan di luar pondok (di kampung). Maka bersemangatlah masyarakat Mojosari (saat itu masyarakat Mojosari 90% masih abangan dan terkenal sebagai tempatnya maksiat).Berhari-hari masyarakat Mojosari dan pondok dalam suasana gembira. Rupanya hal ini terdengar sampai jauh di luar Nganjuk. Terbukti para Kiai menyikapi insiden tersebut karena melihat bahwa Mbah Kiai Zainuddin adalah salah satu tokoh ulama yang paling disegani. Mereka para Kiai takut hal ini akan berdampak pada masyarakat santri pada waktu itu. Akhirnya Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Bisyri Sansuri dan para Kiai lain bermusyawarah melakukan sikap dan meminta pada Mbah Kiai Zainuddin untuk bersikap tegas dengan adanya “Jaranan” masuk dalam kegiatan Imtihan. Mereka para Kiai akhirnya tidak menuai kesepakatan siapa yang harus sowan menghadap kepada Mbah Kiai Zainuddin. Mereka tidak ada yang berani menghadap mengingat mereka semua adalah murid dan santri beliau. Karena semua Kiai tersebut tidak berani menghadap, akhirnya disepakati dengan memakai mediator surat pernyataan dan ditandatangani oleh bersama.Setelah selesai rapat musyawarah pernyataan sikap, para Kiai pulang ke rumah masing-masing. Tempat musyawarah waktu itu dilaksanakan di Tebuireng.Saat Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari istirahat, di dalam istirahat itu beliau diingatkan Allah Swt. lewat mimpi, dimana dalam mimpi itu KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama seluruh Nusantara mengadakan shalat jama’ah. Dan ternyata dalam shalat jam’aah para ulama itu yang menjadi Imam adalah Mbah Kiai Zainuddin. Sedangkan beliau Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari berada pada barisan shof nomer 7.Setelah terbangun, surat yang tadi sudah jadi dengan tanda tangan yang lengkap dan tinggal dikirim akhirnya tidak jadi disampaikan kepada Mbah Kiai Zainuddin. Lantas KH. Hasyim Asy’ari mengabari perihal mimpinya tersebut kepada para Kiai yang ikut menandatangani surat pernyataan di atas. Mereka semua akhirnya sepakat bahwa itu bukan wilayah mereka ngurusi (ikut campur) urusan guru mereka.Berkat karamah yang dimiliki Mbah Kiai Zainuddin tersebut, terbukti sekarang masyarakat Mojosari Nganjuk yang tadinya 90 % abangan menjadi 99% Islam dan ta’at.*ditulis ulang dari tulisan Kiai Aqil Fikri.*Pondok Pesantren Mojosari termasuk Pondok yg unik, dimana cuma Di pondok inilah Santri Dilarang Tirakat, Puasa, dan Wirid Aneh2. Hal ini dikarenakan Kalam Para Ulama' Sepuh Mojosari yg bilang "Disini sudah aku tirakati, Santri cukup Ngaji Saja". Selain itu, santri di Mojosari bukan hanya dr kalangan Dhohir saja, ada banyak santri yg dari Kalangan Jin tak kasat mata. Yg apabila ada santri yang tirakat, maka dia akan langsung Gila karena terkena pengaruh Jin. Paham yg dimiliki santri di Pondok Mojosari "Siapa saja yg paling nakal di Pondok, kelak akan menjadi Kyai Paling Kondang di Masyarakat". Namun, Pondok ini biasanya cuma buat Tabarokan Mungkasi Mondok (Mencari Keberkahan dan penutup Mondok). Banyak dari Kyai NU yg ber Tabarokan disini.Wallahu 'alam moga manfaat boleh di share .#DewanKomandoNasional #BalayudhaIslamNusantara

Komentar